Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang
majemuk dan plural dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika". Semboyan
ini sebagai wujud pengakuan terhadap realitas sosial bahwa negara ini sangatlah
kaya dan beragam. Indonesia sangat kaya akan keberagamannya. Indonesia itu
memiliki banyak etnik, budaya dan juga agama. Bhinneka Tunggal Ika pula berarti
pengakuan terhadap realitas sosial historis kalau rakyat Indonesia sejak lama
sudah berhubungan baik secara rukun serta harmonis. Hal ini bisa kita lihat
dari keseharian masyarakat Indonesia yang hidup selalu berdampingan.
Masyarakat Indonesia dipersatukan dalam satu
jalinan batin yang muncul dari faktor- faktor politik serta keagamaan.
Persamaan nasib masyarakat Indonesia sepanjang masa penjajahan Belanda serta
Jepang melahirkan semangat persatuan serta kesatuan dalam menggapai
kemerdekaan. Sangat disayangkan potret indah kehidupan yang rukun serta
harmonis itu ternodai oleh serangkaian tragedi kemanusiaan berdarah yang pernah
terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Jika kita masih ingat, Indonesia sempat
menghadapi berbagai macam konflik berdarah yang memakan korban jiwa dalam
jumlah besar. Konflik- konflik bermotif SARA itu tercatat pernah terjadi di
Ambon, Poso serta Sampit.
Pada saat runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto,
pasca reformasi tahun 1999 berlangsung juga konflik di Ambon, Poso, serta
Sampit. Kita dihadapkan dengan persoalan besar, apakah Perbedaan antar agama
serta etnik telah menjadi bencana untuk bangsa Indonesia? Apakah keberagaman
agama serta etnik ini bakal memporak-porandakan bangsa ini? Hal ini tentunya
sangat mengkhawatirkan masyarakat Indonesia. Sementara itu, Indonesia malah
diketahui di Asia Tenggara serta di dunia sebagai bangsa yang besar dan
beragam. Indonesia dikenal juga sebagai sebuah negara demokrasi terbesar dunia.
Mempunyai penduduk berjumlah 248 juta jiwa, terdiri dari 300 suku bangsa, dan
mempunyai lebih dari 700 berbagai bahasa lokal ataupun dialek, menganut 6 agama
formal yang diakui negera dan ratusan lagi pemeluk kepercayaan leluhur
Nusantara. Indonesia juga merupakan bangsa yang unik karena mempunyai puluhan
kerajaan Hindu yang besar serta mempunyai pengaruh di daerah Asia Tenggara.
Indonesia mempunyai situs Budha terbesar di dunia yaitu situs Candi Borobudur.
Saat ini Indonesia dikenal lagi sebagai negara dengan populasi islam terbanyak
di dunia. Saya katakan Indonesia itu sangat luar biasa. Keberagamannya menjadi
sumber kekuatan jika terus dirawat dan dijaga.
Namun, setelah terjadinya berbagai macam konflik berdarah kita seolah-olah tenggelam dengan problem internal; konflik yang bernuansa suku, agama serta ras (SARA), kekerasan ekstrim yang bernuansa agama, konflik karena perbedaan pandangan politik, korupsi yang terus merajalela, serta ketidakadilan sosial yang nyata. Kita masih terbelenggu oleh penyakit ini. Berbagai macam persoalan itu diperparah lagi ketika menjelang momentum politik nasional seperti pemilihan umum, presiden ataupun pemilihan gubernur, keadaan bangsa ini seketika terus menjadi memburuk. Terjadi perpecahan dan polarisasi ditengah-tengah masyarakat Perpecahan ini meninggalkan luka yang sangat perih. Karena perbedaan pandangan politik kita saling bermusuhan. Timbullah berbagai macam ungkapan emosional yang tak terkontrol. cebong, kampret, kadrun dan lain-lain menjadi suatu identitas tersendiri yang juga unik.
"Revolusi Mental", yang terus
digaungkan oleh Presiden Jokowi seakan tak membuahkan hasil yang signifikan.
Revolusi mental seakan angin lalu. Begitu juga dengan slogan kerja, kerja,
serta kerja. Presiden hanya berfokus kepada ekonomi serta infrastruktur. Namun,
belum bisa juga memberikan pemerataan pembangunan yang seutuhnya. Yang terjadi
dari sekian tahun, Papua terus bergejolak hebat. Yang membuat miris hati ini
ketika perayaan hari besar keagamaan terjadinya konflik yang bernuansa agama.
Masih ingat dengan peristiwa Tolikara. Dimana rumah ibadah di bakar massa pada
saat sedang merayakan hari besar keagamaan. Revolusi mental itu entah
hilang kemana.
Begitu pula pembakaran rumah ibadah di ujung
barat Indonesia Singkil, Aceh, Poso yang terus bergolak serta jadi ajang
pelatihan buat pengembangan terorisme. Penyerangan polisi oleh kelompok
teroris. Semua itu menunjukkan semakin berkembangnya intoleransi, yang pantas
diprediksi akan mendorong terbentuknya konflik, radikalisme serta ekstrimisme.
Belum lagi timbulnya Kelompok Kriminal Bersenjata Papua yang terus mengancam
dan meneror warga sipil. KKB Papua ini terus meneror warga sipil maupun aparat
negara yang bertugas. Dengan banyak peristiwa yang mecekam bernuansa suku,
agama, ras dan antagolongan ini, saya lantas bertanya dalam diri. Apakah kita
mampu bertahan dengan keragaman bangsa ini? Apakah kita bisa melaksanakan
"Revolusi Mental"?
Bagaimana kita dapat mewujudkannya Revolusi
Mentaldalam kehidupan nyata sehari-hari supaya bisa menjadi bangsa yang besar
serta dihormati? Apa yang harus kita lakukan? Saya kira hal pertama yang harus
dilakukan adalah, sebagai bangsa yang besar dan merdeka kita harus bisa duduk
sejajar, saling menghargai, dan menghormati dengan bangsa lain di dunia. Itulah
wujud dari martabat bangsa ini dan sudah seharusnya, dan wajib diturunkan kepada
pribadi-pribadi bangsa. Inilah yang seharusnya menjadi pegangan kita bersama.
Langkah strategis yang kedua adalah menyadari betul bahwa terdapat kekuatan yang super dahsyat di dalam diri bangsa Indonesia. Kekuatan besar itu malah luput dari atensi kita bersama, padahal kalau kita bisa menyadari itulah inti dari kekuatan besar bangsa ini. Kekuatan dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia
Dari awal Republik ini berdiri, tokoh-tokoh bangsa menyadari betul bahwa kekuatan bangsa Indonesia ada pada keberagamannya. Bhineka Tunggal Ika sangat luar biasa. Berbeda-beda namun tetap satu jua. Dengan semboyan ini, bangsa lain menghargai serta menghormati bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dianggap sukses dalam mengintegrasikan seluruh perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang ada. Tidak ada bangsa dan negara yang begitu beragam seperti Indonesia.
Selaku generasi muda penerus bangsa, harusnya
generasi muda mempunyai jiwa kecintaan terhadap tiap perbedaan yang ada. Jiwa
kecintaan itu nantinya dapat menjadi sarana penguat dalam penyatuan keberagaman
yang terdapat di negara ini. Keberagaman adalah kekayaan yang wajib dijaga dan
dilindungi semaksimal mungkin, begitu pula kedudukan generasi muda didalamnya.
Mengingat semakin banyak faktor-faktor yang dapat mengancam keutuhan
keberagaman bangsa indonesia seperti ancaman dalam pengaruh globalisasi, maka
seluruh generasi haruslah tetap waspada. Karena tidak banyak yang menyadari
akan perihal itu, sebelum seluruhnya berantakan bercerai- berai alangkah
baiknya keberagaman ini senantiasa ditatap dari segi positifnya, sehingga
dengan keberagaman yang ada membuat posisi negara semakin lebih kokoh.
Generasi muda mempunyai kewajiban tidak hanya mengabdi kepada negeri, namun wajib ikut serta dalam upaya menjaga dan menegakkan keberagaman yang sudah diwariskan oleh tokoh- tokoh terdahulu sebagai bagian dari rasa penghormatan.
Melalui kekuatan Bhineka Tunggal Ika, mari kita jahit kembali luka-luka lama melalui prinsip keberagaman. Dengan Bhineka Tunggal Ika, kita dapat menghindarkan diri dari spiral kekerasan. Melalui prinsip Bhineka Tunggal Ika pula kita dapat menghasilkan ketahanan warga Indonesia, sejalan dengan berkembangnya pendidikan bangsa menjadi langkah awal membasmi korupsi di Indonesia.
Dan yang terpenting dari ini semua adalah peran
serta pemuda sebagai penerus bangsa dalam menjaga keutuhan keberagaman,
dibutuhkanlah semangat bersatu membela keberagaman. Untuk itu, pemuda wajib
menanamkan jiwa nasionalisme sebagaimana keberagaman yang memerlukan kepedulian
lebih untuk menyongsong NKRI yang berdaulat. Dengan kekuatan keberagaman yang
dimiliki, menjadi harapan besar bagi Indonesia untuk bersih dari segala bentuk
kejahatan dan diskriminasi perbedaan. Kekuatan keberagaman juga sebagai bekal
dalam menghadapi praktik tindak pidana kejahatan luar biasa seperti korupsi,
terorisme maupun tindakan intoleran yang meruntuhkan martabat bangsa.
Inilah saatnya kekuatan besar keberagaman ini kita jadikan senjata utama
memberantas ketidakadilan. Ayo bersama berantas korupsi untuk kesejahteraan dan
keadilan.